Menjadi Seorang Full Stack Developer

Full Stack Developer

Menurut terminologi disini, sebenarnya istilah Full Stack Developer lebih tepat bagi seorang yang memahami hampir semua layer dari development proses mulai dengan server dan environment-nya, data modelling, bussiness logic, service layer, sampai pada UI dan UX. Namun pada kali ini, saya coba persempit istilah yang ada mengingat sepertinya akan membuat spesies Full Stack Developer ini semakin langka bila kita mengikuti persepsi tersebut.
Jadi Full Stack Developer yang saya maksud disini hanyalah pada level service dan UI development atau bisa kita sebut dengan Backend dan FrontEnd.

Harus diakui bahwa saya adalah developer yang dibesarkan oleh Java, Java adalah bahasa awal yang saya pelajari dan sebagaimana kita tahu bahwa Java adalah salah satu bahasa yang populer digunakan sebagai Backend terutama di Web Development, meskipun pada awalnya saya mempelajari Java bukan untuk belajar bagian Backend melainkan FrontEnd untuk desktop programming menggunakan Swing.

Jadi buat saya sendiri seperti ada hutang budi terhadap Java yang mesti saya penuhi, untuk saat ini salah satu pembalasan budi terhadap semua yang sudah diberikan Java adalah dengan terus belajar Java dan tidak berusaha bosan untuk membaca dan bahkan meng-implementasikan coding dalam bahasa Java.
Dan tentu karena level saya di Java belumlah apa-apa, saya bukan siapa-siapa di Java dan saya masih percaya dan membuktikan sendiri bahwa Java sampai saat ini masih merupakan bahasa yang paling menjanjikan untuk karir saya.

Bila dilihat porsi pekerjaan saya kurang lebih 70% dari pekerjaan saya ada dibagian FrontEnd dan hanya 30% saja pekerjaan saya yang ada di BackEnd, tapi ketika atasan saya coba menanyakan tentang kecintaan saya pada bagian BackEnd atau FrontEnd, saya tidak bisa menjawab salah satunya.
Karena saya sendiri sangat menikmati FrontEnd development.
Saya menikmati saat harus arrange div HTML element menggunakan CSS atau Preprosessor-nya, saya juga menikmati untuk men-define sebuah UI interaksi menggunakan Javascript dan Frameworknya.
Namun disisi lain, Java adalah sebuah bahasa yang telah mengajarkan banyak hal bagi saya dan tidak mungkin sampai saat ini untuk benar-benar meninggalkan Java dan fokus ke FrontEnd.

Maka jadilah sampai saat ini bila anda lihat Linkedin saya, tidak pernah saya menampilkan bahwa saya adalah seorang FrontEnd Developer maupun Backend Developer, saya lebih senang menyebut diri saya sebagai Web Developer atau Software Engineer yang menurut saya lebih terdengar general bagi orang diluar sana.
Namun saya juga tidak tahu akan jadi apa kedepannya, seiring makin bertambahnya porsi saya di FrontEnd dan makin cinta-nya saya terhadap CSS dan Javascript development.
Mungkin dalam waktu dekat, saya akan update Linkedin saya menjadi FrontEnd Developer ? Siapa tahu ?
Tapi yang pasti saya akan terus belajar dan mengasah skill saya baik di Front End maupun Backend, karena saya selalu ingin jadi Rockstar dalam bidang yang saya tekuni.

Menjadi FullStack developer ada enak ada tidak enaknya,
Enaknya antara lain kita bisa lebih paham akan apa yang harus dikerjakan, karena kita tau alur data di backend juga tau apa yang dilakukan oleh frontend dibagian depan.
Tidak enaknya adalah seringkali skill kita juga diukur secara general karena beberapa FullStack developer memang tidak begitu fasih untuk styling dan interaction development dibagian depan juga tidak begitu fasih dengan kompleksitas backend code.

Bila anda memiliki cerita atau kegelisahan yang sama, silahkan tambahakan di kolom komentar dbawah.

Demikian sharing dari saya, semoga bermanfaat

mazipan-signature

13 thoughts on “Menjadi Seorang Full Stack Developer

  1. -_- Maaf saya masih pemula baru kelas 2 SMA saya maok cerita dan mintak sedikit pendapat ni mas.
    Saya ngerasa Kalau besik saya di IT ud beberapa Bahasa saya pelajarin termasuh JAVA dan PHYTRON walauagak masih Susah si tapi ortu saya maunya kuliah di STAN jadinyaidupsaya Abuabu deh

    Like

  2. Di blibli ada juga mas teman saya Kus Andriadi alumni Univ.Budi Luhur, waktu dulu kuliah ini orang emang udah spesialisasi di Java. Klo mau lebih mendalami java bisa kontek beliau.

    Like

  3. Salam mas irfan. Saya bersyukur sekali menemukan blog anda. Dan saya bersyukur lagi bahwa java adalah cinta pertama saya. Jujur saat ini saya masih ‘abu-abu’ tentang masa depan saya mas.

    Saat ini saya menginjak semester akhir di kuliah saya. Dan saya hanya mengusai swing. Hmm rasanya liat apa saja yg harus dikuasai di java kok kadang buat saya ragu ya mas. Apa memang saya bisa menguasai semua itu? Entahlah

    Btw, saya juga memiliki angan untuk bekerja di blibli mas hehe. Iya, suatu hari mungkin

    Like

    1. Menurut saya sih Java bagus buat fundamental.
      terutama untuk memahami OOP, karena Java masih jadi salah satu yang paling clear OOP-nya.
      Untuk sekarang memang sangat jarang enterprise yang masih mencari Java Developer spesialis Swing, meskipun bukan berarti tidak ada sama sekali.
      tapi memang trend-nya lebih ke arah Java Web.

      Java Swing bagus untuk belajar Java.

      Tutorial ada banyak kok, jadi untuk fundamental JavaEE bisa belajar dari internet.
      nanti coba belajar bikin project2 kecil2an sampe besar.

      Insya Allah bisa kok kalo mau.

      Like

  4. Saya ingin sekali mencicipi porsi seperti itu. Sayang takdir berkata lain. Saya fresh graduate & pertama kerja jadi QA.

    Like

    1. QA juga kan keren, banyak kok QA yang high rate di luar sana.
      Masalahnya QA juga mesti punya skill set yang mumpuni untuk bisa dihargai tinggi.

      Kalau mau switch ke developer juga gak masalah, QA kan emang deket ama environment developer.
      Kalau yang sudah punya basic algorithm pasti mudah buat switch ke developer.

      Semangat om hendrione… 🙂

      Like

  5. Wah betul sekali mas, saya merasakan hal yang sama. Awalnya saya masuk sebagai frontend, dari mulai bermain design (PS dan Illustrator), lalu mulai menekuni frontend, HTML, js dan beberapa teknologi di frontend. Masih berasa kurang puas karena kadang perlu orang untuk backend tapi belum ada. Akhirnya mulai mempelajari backend dan juga server. Dari perjalanan itu banyak yang bisa dipelajari dan menjadi salah satu team problem solver, karena pengetahuan dari mulai design hingga detail bagaimana server mengolah data. Tapi ya itu, semua mulai terasa hambar dan merasa sudah seharusnya mulai fokus. Akhirnya saya memutuskan untuk fokus dibackend.

    Hidup itu memang pilihan, tidak semua kita bisa selesaikan sendirian. Saya sadari bukan itu tujuan dari teknologi. Seumur hidupun tidak akan pernah cukup. Seolah terlalu mengejar dunia padahal masih ada sisi lain yang harus dipelajari dan dipahami tidak selalu dunia.

    Like

  6. Jadi fullstack memang gak juago di front end, maupun backed pake banged. Tapi kita lebih jago di workflow software secara keseluruhan. Cocoknya nanti bisa jadi Software Analis, team leader atau PM hehe

    Like

  7. Halo mas Irfan, makasih sudah sharing artikel yang bagus ini. 🙂
    Saya Kresna, mahasiswa Politeknik Negeri Bali prodi Manajemen Informatika jenjang D3 (tahun ini harus lulus). Saya juga sudah berteman dengan mas Irfan di facebook lho. 😀

    Saya juga pernah mengalami hal seperti mas. Saya mau sharing cerita saya sih. Semoga mas Irfan mau membacanya. 😀

    Di semester 1-3 saya diajarkan Java sampai Java Swing. Mulai dari sana saya jatuh hati ama Java hingga diajarin buat ular tangga dan crud dengan java Swing (sayang koding nya sudah saya hapus). Mulai dari semester 4 saya belajar PHP. Jujur waktu itu saya masih jatuh cinta dengan Java bahkan sampai tidak mau move on hingga membenci PHP (karena penamaan variabelnya hanya dengan $ tidak seperti Java kalau penamaan datanya harus pakai tipe datanya apa dan ikuti dengan nama variabel nya). Saya juga waktu itu tidak bisa website. Hingga suatu hal yang mulai memaksa saya harus keluar dari zona nyaman dan belajar bahasa-bahasa web development mulai dari HTML, CSS, JS dan PHP meskipun belum mendalam. Waktu itu, Java juga tidak mendalam. Wah saya jadi malu. He he he. Hal yang membuat saya keluar dari zona nyaman ya dapat wejangan dari teman-teman di komunitas seperti pak Endy Muhardin. Sejak mendengar bahwa Java Swing perlahan mulai punah di komunitas Java Programmer Indonesia, saya mulai tekun nih belajar website dan Android. Cuma kalau Android spec laptop saya belum kencang mungkin karena prosesor nya, sistem operasinya, harddisk yang mesti diganti dengan SSD dan RAM (maklum saya masih pakai lenovo dengan OS win 10 dengan harddisk yang belum diganti dengan SSD dan RAM nya sudah 8 GB).

    Tapi, dari Java saya sudah mulai mengenal dengan baik dasar-dasar pemrograman dan dari komunitas Java Programmer Indonesia dengan orang-orang hebat seperti pak Endy, pak Eko Kurniawan dan pak Ifnu Bima sudah mau sharing di sana. Dulu saya gabung waktu semester 2 kalau tidak salah. Ya, mereka merupakan panutan saya. Suatu hari nanti saya ingin bertemu dengan mereka dan mas Irfan juga.

    Sekarang, ilmu-ilmu baru yang saya dapatkan bukan dari Google saja tapi dari komunitas. Entah itu online maupun offline. Jadi, kalau gabung di komunitas saya rasa seperti perpustakaan saya sendiri. Saya senang waktu mas Irfan membagikan ceritanya di komunitas Javascript Indonesia tentang perjalanan developer Java hijrah ke JavaScript. Dari sana saya bisa pelajari bahwa bahasa lain juga perlu di jelajahi meskipun beda sintaks. Selama saya paham dasar-dasar pemrograman, ya saya pasti bisa hijrah.

    Sekali lagi, makasi banyak mas sudah membaca cerita saya. 😀
    Sampai bertemu di lain kesempatan.
    Mohon maaf kalau comment sebelumnya salah sebut nama. Hi hi hi.

    Like

    1. Comment yang pertama saya hapus aja ya 🙂

      Terima kasih sudah sharing ceritanya yang panjang banget…

      wah, rasanya orangnya memang itu2 aja ya di Java.
      beruntung udah ketemu dua dari nama2 yang disebut.
      bisa kerja sama pak Ifnu Bima dan om Eko Khannedy…

      tapi ada banyak master Java lain kok di Blibli.com, interesting…

      Yap setuju, komunitas bisa ngasih banyak insight buat kita,
      Gak cuma dari knowledge tapi juga dari experience sharing.

      Hope will meet you someday…

      🙂

      Like

Be a good reader, leave your comment please.